Minggu, 10 Januari 2010

Proposal penelitian Kemalasan Siswa

UPAYA GURU DALAM MENANGANI KEMALASAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
( Penelitian di Kelas VI SDN IV Kertaharja Kecamatan Cimerak Kab. Ciamis )

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam sangatlah penting untuk diterapkan pada jiwa anak didik. Karena, siswa tidak hanya memahami pelajaran PAI tetapi mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Yang terlihat dalam sebuah prilaku siswa.
Guru yang profesional akan mengembangkan unsur-unsur tersebut. Sehingga siswa akan merasakan keterlibatannya dalam mengaplikasikan pembelajaran PAI dalam kehidupan sehari-harinya. Namun ada saatnya siswa mengalami kejenuhan atau kebosanan yang pada akhirnya siswa merasa malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kemalasan akan berakibat patal adalam pembelajaran. Maka tugas guru adalah membunuh sifat malas tersebut dari diri siswa itu sendiri. Sehingga timbul kembali rasa semangat dan motivasi tinggi untuk menggali ilmu-ilmu agama Islam dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan lebih komperhensip, dengan mencoba membahasnya dalam sebuah penelitian dengan judul “UPAYA GURU DALAM MENANGANI KEMALASAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( Penelitian di Kelas VI SDN IV Kertaharja Kecamatan Cimerak Kab. Ciamis)”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penelitian ini akan memfokuskan pada permasalahan upaya guru dalam menangani kemalasan siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Berkaitan dengan itu, penelitian ini akan mejawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimankah Peranan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap kebiasaan siswa kelas VI di SDN IV Kertaharja ?
2. Bagaimanakah menumbuhkan motivasi belajar dalam Pendidikan Agama Islam siswa kelas VI di SDN IV Kertaharja ?
3. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap siswa kelas VI di SDN IV Kertaharja ?
4. Upaya-upaya apa yang dilakukan guru terhadap kemalasan siswa?

C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa hal yang menjadi dasar tujuan dari penelitian ini yaitu seberapa jauh upaya guru dalam menangani kemalasan siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tujuan selengkapnya dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengembangan kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SDN IV Kertaharja Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis.
2. Penerapan metode-metode pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SDN IV Kertaharja Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis.
3. Timbulnya kemalasan dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SDN IV Kertaharja Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis.

D. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai pengembangan ilmu pendidikan Islam serta guna laksana. Setelahnya melakukan penelitian diharapkan memiliki manfaat atau guna baik masyarakat pesantren Kalangsari, penyusun, ataupun bagi masyarakat secara umum. Penelitian ini sangatlah penting sekali dilakukan sebagai media untuk memahami dan mengevaluasi keadaan pembelajaran di Pondok Pesantren Kalangsari .
Adapun manfaat teoritis dan praktis dari penelitian ini diharapkan untuk :
1. Memberikan referensi bagi SDN IV Kertaharja Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis dalam mengelola kelas.
2. Membantu guru dalam memecahkan masalah dalam hal kemasalan siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Memperluas pengetahun peneliti dalam masalah yang menimbulkan kemalasan dalam diri siswa.
4. Mengetahui upaya-upaya guru untuk menghilangkan kemalasan siswa.
5. Memberi insfirasi dan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang relevan.
E. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan teori-teori, asumsi-asumsi maupun generalisasi yang diambil dari berbagai literature terkait.
1. Upaya
Upaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha; akal; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar). Sebuah permasalahan haruslah diselesaikan dengan adanya beberapa upaya. Kehadiran upaya ini akan menimbulkan beberapa pemecahan permasalahan yang kita hadapi. Dst ……………
2. Guru
Guru adalah orang yang pekerjaanya (mata pencariannya, profesinya) mengajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia:330). Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dam memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak. Dst ……………
3. Kemalasan Siswa
Malas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu dan kemalasan memiliki arti perihal malas; sifat (keadaan) malas. Kemalasan dalam belajar berarti siswa tidak mau mengikuti pembelajaran. Kemalasan ini ditimbulkan dari beberapa aspek diantaranya Guru atau pengajar, siswa itu sendiri, lingkungan bermain ataupun masalah keluarga.
Menurut Anthony Robbin, di dunia ini sebetulnya tidak ada orang yang malas. Orang menjadi malas karena tidak memiliki tujuan yang jelas. Arti tujuan yang jelas disini adalah siswa tidak memiliki kemanfaatan pembelajaran. Mereka tidak paham apa manfaat sebenarnya dari pembelaran itu sendiri.
Rasa malas disini diartikan sebagai keengganan untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan .wujud dari kemlasan ini umumnya menunda-nunda pekerjaan. Perasaan ini menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya. Dst …………….

4. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian Pendidikan Agama Islam, antara lain:
1. Menurut Omar Muhammad Al-Thoumy al-Syaebani, Pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan.
2. Menurut Agmah D. Marimba, Pendidkan agama Islam adalah suatu bimbingan jasmani dan rohani berdasarhakn hokum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian uatama menurut ukuran-ukuran Islam.
3. Pakar lain berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan pergaulan yang mengandung rasa kemanusiaan terhadap anak dan mengarahkan kepada kebaikan disertaiperasaan cinta kasih kebapakan dengan menyediakan suasana yang baik dimana bakat dan kemampuan anak dapat tumbuh berkembang secara lurus.
Pelaksanaan pendidikan agama Islam harus dilakukan oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan dan menguasai bahan agama tersebut. Hal ini karena salah satu tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dst …...
F. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan tindak lanjut dari kegiaan pengkajian pustaka yang bertitik dari konsep-konsep, teori-teori, generalisasi-generalisasi yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Cik Hasan Bisri (1998:40) mengungkapkan bahwa kerangka berpikir itu dapat berupa kerangka teori dan dapat berbentuk kerangka penalaran logis.
Dari pendapat tersebut, maka yang akan digunakan oleh penulis adalah berdasarkan kerangka teori, yaitu bahwa berdasarkan teori kausalitas, dimana ada sebab disana akibat yang terjadi.
Sebuah kemalasan yang datang dalam diri siswa itu diakibatkan oleh beberapa sebab. Sebab ini harus diketahui secara pasti guna memecahkan masalah yang dihadapi siswa yaitu kemalasan. Yang selanjutnya kemalasan itupun harus dihilangkan oleh beberapa sebab yang akan mendorong menjadi siswa yang penuh dengan motivasi. Yang pada akhirnya akan berhasillan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis membentuk sebuah skema untuk mempermudah penelitian. Skema tersebut adalah:








G. Langkah-langkah Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini ditentukan sebagai lokasi penelitian adalah Kelas VI SDN IV Kertaharja Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis, dengan alasan:
1. Lokasi penelitian mudah dijangkau
2. Penulis juga termasuk salah seorang tenaga pengajar di SDN IV Kertaharja Kecamatan Cimerak Kbupaten Ciamis.
3. Penulis sudah mengenal situasi dan kondisi lokasi penelitian, sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Untuk memudahkan penulis dalam mengumpulkan data, maka terlebih dahulu menentukan objek yang akan diteliti atau objek yang akan dijadikan penelitian dimana disini penulis hanya menentukan populasi tanpa memakai sampel. Objek penelitian yang dijadikan sumber data penulis tentukan adalah siswa kelas VI SDN IV Kertaharja Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis.
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Adapun sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi (Sujana,1996:6).

3. Metode Penelitian
Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatau kerangka berfikir menyusun gagasan yang beraturan, berarah dan berkonteks, yang paut (relevant) dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas, metode adalah suatu sistem berbuat. Karena berupa sistem, maka metode merupakan seperangkat unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan.
Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa Metode adalah cara yang teratur dan terarah baik-baik untuk mencapai tujuan. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran Proses Belajar Mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Selanjutnya Surakhmad mengatakan, “Metode adalah suatu cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan” (1985: 31). Oleh karena itu, metode yang relevan dengan suatu kegiatan akan menunjang keberhasilan suatu penelitian. Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari data secara merata dari peserta didik secara komprehensif tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Data kualitatif adalah jenis data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati ( Moleong, 1994 : 3 ). Meski diakui langkah penelitian pada masalah ini lebih terpokus kedalam jenis data kualitatif dimana akan bersumber pada hasil pengumpulan dengan teknik observasi dan wawancara.
Pelaksanaan Metode deskriptif ini akan didasarkan pada pendapat Moh. Nazir, Ph.D (1988 : 63 ) yang mengatakan bahwa “Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan data dari penyusunan data tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu sendiri. Dst………………………………………
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti dapat menerapkan teknik pengamatan (observation), wawancara (interview), dengan menggunakan alat bantu seperti tape recorder, foto, slide, dan sebagainya.
Adapun instrumen penelitian dalam pengumpulan data yang akan digunakan adalah:
1. Observasi
Metode observasi, yaitu salah satu metode yang digunakan dalam penelitian. Observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala –gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Bisa juga diartikan merupakan sebuah akitvitas penelitian yang dilakukan secara sistematis dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan. Metode observasi yang dapat digunakan dalam penelitian ini diantaranya : Metode observasi terlibat ( partisipatif ) yaitu observasi yang dilakukan pengamat dengan cara melibatkan diri kedalam lingkungan obyek pengamatan. Penggunaan observasi atau pengamatan terlibat sebagai metode pengumpulan data sesuai sifat penelitian ini. Sebab pada penelitian kualitatif menuntut peneliti untuk menjadi instrumen atau alat penelitian. Maksudnya, peneliti harus mencari data sendiri dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan yang diajukan. Dengan pengamatan terlibat ini, peneliti seolah-olah menjadi anggota yang sering bergaul dalam setiap aktifitas organisasi. Sehingga dengan metode ini segala macam informasi termasuk rahasia sekalipn, dapat diperoleh dengan mudah. Dengan sistem kerja yang akan dilakukan pada metode observasi ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sanapiah Faisol (1990:78-79) yang dipilah menurut jenisnya sebagai berikut: 1) metode partisipatif, yaitu observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku ’orang dalam’ pada suatu situasi sosial. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak hanya berdiri sebagai orang luar dalam situasi sosial yang tengah diobservasi tetapi juga sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam. Karena dalam kondisi saat ini yang menjdi kepentingan peneliti adalah pengumpulan data atau informasi dengan mudah dan leluasa. Untuk observasi partisipatif ini pada kondisi awal disuatu situasi sosial, peneliti lebih menonjolkan sebagai peneliti atau pengamat, meskipun kadang-kadang ikut serta seadanya sebagai pelaku kegiatan sebagaimana selayaknya orang dalam. Dan pada kondisi dan situasi selanjutnya tergantung pada kebutuhan dan perkembangandari pad aobservasi yang sedang dialakukan. Selain itu tingkay kedalaman pada observasi partisipatif terasebut biasanya tergangtung pada kesempatan atau waktu peneliti di lapangan dan karakteristik situasi sosial yang diteliti. 2) Observasi terus terang dan tersamar. Pada situasi dan kondisi tertentu perlu menggunakan observasi secara terang-terangan, dengan maksud segala data / informasi yang diinginkan dengan terlebih dahulu mengatakan maksud dan tujuan diadakannya observasi, mak informasi yang akan diperolehnyapun dengan mudah akan didapatkan. Dan pada kondisi ini pula perlu juga melakukan observasi secara tersamar sebab adalah tidak realistik untuk serba terus terang mengamat suatu situasi.
3) Observasi tidak berstruktur. Observasi ini sangatlah mungkin dilakukan sebab, apa yang diperlukan dan relevan di observasi lazimnya tidak dapat dispesifikkan sebelumnya. Fokus observasi penelitian kualitatif biasanya berkembang sewaktu kegiatan penelitian berlangsung. Jdi tidak perlu menggunakan panduan yang telah disiapkan sebelumnya. Sumber-sumber informasi non manusia, seperti dokumen dan rekaman/catatan ( record ) dipandang perlu karena cukup bermanfaat. Menurut Linkoln dan guba, selain ia sudah tersedia sehingga relatif pengeluaran biaya untuk memperolehnya, juga merupakan sumber yang stabil dan barang kali juga akurat sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya. Untuk informasi konteks, ia dapat merupakan sumber yang cukup kaya. Ia merupakan data yang legal dapat diterima dan tidak dapat memberikan reaksi apapun pada peneliti sebagaimana halnya sumber data yang berupa manusia. Pengumpulan data dari sumber-sumber non manusia ini digunakan terutama untuk kegunaan tahap eksplorasi menyeluruh.
Metode observasi sistematis (berstruktur), pada pengamatan berstruktur, si peneiti sudah mengetahui aspek apa saja dari aktivitas yang diamati, yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Ciri-ciri observasi sistematis diantaranya:
 Materi observasi lebih terbatas, sesuai dengan tujuan penelitian
 Mempunyai struktur atau kerangka yang jelas, yang memuat faktor-fktor yang telah diatur kategorinya terlebih dahulu
 Cara pencatatan bisa menggunakan tape recorder, camera, video shooting, dan lain lain. Inilah beberapa tehnik pengumpulan data yang bisa digunakan dalam penelitian ini. Dapat dijadikan pilihan dalam melakukan penelitian. Mana metode yang memang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini, karena metode yang digunakan juga harus bisa menyesuaikan situasi dan kondisi si lokasi penelitian. Karena untuk mendapat data yang tepat dan sesuai dengan data yang dibutuhkan, yaitu sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Wawancara
Menurut Moelong interview/wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh 2 (dua) pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sedangkan menurut Arikunto interview/wawancara adalah suatu dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Margono juga mengemukakan pendapat yang hampir sama bahwa wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula. Ciri utamanya adalah kontak langsung antara pencarii informasi dengan sumber informasi.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode interview/wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang dilaksanakan dengan tanya jawab lisan antara pewawancara dan terwawancara. Ada tiga jenis interview/wawancara, yaitu:
1. Interview/wawancara bebas (inguided interview) Adalah pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
2. Interview/wawancara terpimpin (guided interview) Adalah interview/wawancara dilakukan mewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam Interview/wawancara terstruktur.
3. Interview/wawancara bebas terpimpin Adalah kombinasi antara interview/wawancara bebas dan interview/wawancara terpimpin. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin. Dalam jenis wawancara bebas terpimpin menurut Hadi adalah pewawancara membawa kerangka untuk disajikan. Tetapi cara menyajikan dan irama pertanyaan-pertanyaan itu diserahkan kepada kebijaksanaan pewawancara. Dengan demikian wawancara masih terletak di tangan pewawancara. Sedangkan menurut Nawawi, wawancara bebas terpimpin merupakan tehnik wawancara dimana pewawancara membawa kerangka pertanyaan, tetapi bagaimana pertanyaan itu dilaksanakan semuanya tergantung kebijaksanaan pewawancara
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara bebas terpimpin adalah suatu wawancara bebas yang terjadi dimana pewawancara sudah menyiapkan sejumlah pertanyaan (kerangka pertanyaan) yang akan ditanyakan kepada terwawancara. Tetapi cara mewawancarai tergantung kepada kemampuan pewawancara. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam, terbuka, dengan memanfaatkan kedekatan hubungan dengan sumber data. Hal ini dilakukan dengan mengadakan pendekatan terhadap informan dan menggunakan petunjuk umum wawancara serta membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam proses wawancara tersebut.
5. Teknik analisis data
Mengenai analisis data penulis mencoba terlebih dahulu mengumpulkan beberapa literatur bacaan sebagai sumber rujukan yang kemudian dijadikan sebagai data teoritis dan menganalisisnya sehingga kemudian digunakan sebagai pelengkap dalam memecahkan masalah penelitian ini. Data yang akan dihimpun dalam penelitian ini dikuantifikasikan kedalam data kualitatif. Langkah-langkah dalam menganalisis data akan menggunakan studi grounded theory.
Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:
a. Mengorganisir data
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa dipelajari.
d. Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut.
e. Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori di dalam model axial coding.
Selanjutnya peneliti boleh mengembangkan dan menggambarkan suatu acuan yang menerangkan keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi peristiwa.

Tidak ada komentar: